Oleh : Miskun, S.Pd, M.Pd
Kepala SD Muhammadiyah Kebumen
A.
Kepastian akan Ujian Hidup
Para pembaca yang budiman. Fitnah di dalam
hidup ini beragam bentuknya. Hakikat fitnah itu adalah ujian dan cobaan dari
Allah untuk hamba-hamba-Nya; dalam rangka membuktikan kebenaran iman dan
ketulusan penghambaan mereka kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا
يُفۡتَنُونَ (٢) وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ
ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَـٰذِبِينَ (٣)
“Apakah manusia itu mengira dia
ditinggalkan begitu saja mengatakan: Kami beriman, lalu mereka tidak diberikan
ujian? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah akan
mengetahui orang-orang yang jujur dengan orang-orang yang dusta” (QS. Al-‘Ankabut: 2-3).
وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ
وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ
إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
dengan suatu ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang
yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan: “Sesungguhnya kami adalah
milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali.” (Q.S. Al-Baqarah 155-156).
كُلُّ
نَفۡسٍ ذَآٮِٕقَةُ الۡمَوۡتِؕ وَنَبۡلُوۡكُمۡ بِالشَّرِّ وَالۡخَيۡرِ فِتۡنَةً
ؕ وَاِلَيۡنَا تُرۡجَعُوۡنَ
Setiap yang bernyawa akan
merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami. Q.S Al Ambya :35
B. Perintah Sabar
Sebagai orang yang beriman kepada-Nya,
kita pun diperintahkan untuk senantiasa bersabar selama menjalani ujian-ujian
tersebut karena dengan kesabaran dan tawakal seluruh ujian atau cobaan dan
musibah tersebut bisa dilalui dengan baik, membawa kebaikan, dan keberkahan.
Pada dasarnya Allah telah memberi ujian dan cobaan di setiap hambanya sesuai
porsinya masing-masing.
Bersabar merupakan perintah Alloh SWT
kepada hambaNya, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
ياَأيهَا
الَّذِينَ اٰمَنُوا اصْبِرُوْا وَصَابِرُوْا وَ رَابِطُوْا وَاتَّقُوا
اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ۠ (۲۰۰)
Artinya: “Hai orang-orang yang
beriman, Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga
(di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”.
(QS. Ali Imran /3: 200)
Al-hasan
al-bashri rahimahullah berkata “ mereka diperintahkan agar
bersabar diatas agama mereka yang telah Allah meridhoi untuk mereka,
yaitu agama Islam. Jangan sampai mereka meninggalkannya dengan sebab senang
atau susah, Sejahtera, sehingga mereka bisa mati dalam keadaan sebagai
orang-orang Islam. dan dan agar mereka menambah kesabaran menghadapi
musuh-musuh yang menyembunyikan agama mereka. tafsir Ibnu Katsir, Surat Ali
Imran
وَٱسْتَعِينُوا۟
بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى
ٱلْخَٰشِعِينَ
"Jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali
bagi orang-orang yang khusyu'." Surat Al Baqoroh : 45
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ
مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ
"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." Surat Al-Baqarah Ayat
153
وَلَنَبْلُوَنَّكُم
بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ
وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar." Surat Al-Baqarah Ayat 155
وَأَطِيعُوا۟
ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَنَٰزَعُوا۟ فَتَفْشَلُوا۟ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ
وَٱصْبِرُوٓا۟ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ
"Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu
dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." Surat Al-Anfal Ayat
46
Bahkan Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan
bahwa sabar adalah separuh dari keimanan. Rasulullah ﷺ mengatakan, dari
Anas bin Malik,
الْإِيمَانُ
نِصْفَانِ نِصْفٌ فِي الصَّبْرِ، وَنِصْفٌ فِي الشُّكْرِ
“Iman itu ada dua, separuhnya ada pada sabar,
dan separuhnya ada pada syukur
Allah SWT telah menjanjikan beragam hal
bagi mereka yang mampu sabar dalam menghadapi kesulitan hidup.
C . Tingkatan
Sabar
Ada tiga tingkatan sabar yang dianjurkan
oleh Nabi Muhammad ﷺ. Seperti dalam kitab as-Shabru wa Tsawâb ‘alaihi, Syekh
Ibnu Abid Dunya mencantumkan sebuah hadis riwayat Sayyidina Ali bin Abi Thalib,
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الصَّبْرُ ثَلَاثٌ: فَصَبْرٌ عَلَى الْمُصِيبَةِ، وَصَبْرٌ
عَلَى الطَّاعَةِ، وَصَبْرٌ عَنِ الْمَعْصِيَةِ، فَمَنْ صَبَرَ عَلَى الْمُصِيبَةِ
حَتَّى يَرُدَّهَا بِحُسْنِ عَزَائِهَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ ثَلَاثَمِائَةِ
دَرَجَةٍ بَيْنَ الدَّرَجَةِ إِلَى الدَّرَجَةِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ إِلَى
الْأَرْضِ، وَمَنْ صَبَرَ عَلَى الطَّاعَةِ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ سِتَّمِائَةِ
دَرَجَةٍ، مَا بَيْنَ الدَّرَجَةِ إِلَى الدَّرَجَةِ كَمَا بَيْنَ تُخُومِ
الْأَرْضِ إِلَى مُنْتَهَى الْعَرْشِ، وَمِنْ صَبَرَ عَنِ الْمَعْصِيَةِ كَتَبَ
اللَّهُ لَهُ تِسْعَمِائَةِ دَرَجَةٍ، مَا بَيْنَ الدَّرَجَةِ إِلَى الدَّرَجَةِ
كَمَا بَيْنَ تُخُومِ الْأَرْضِ إِلَى مُنْتَهَى الْعَرْشِ مَرَّتَيْنِ
“Sabar ada tiga tingkatan; sabar atas musibah,
sabar dalam menjalani ketaatan, dan sabar dari laku kemaksiatan. Siapa saja
yang sabar menghadapi musibah, sampai ia mampu merestorasinya sebaik mungkin,
Allah akan mengangkat 300 derajatnya. Di mana, satu dengan lainnya berjarak
sejauh antara langit dan bumi.
Dan, yang bersabar dalam menjalani
ketaatan, Allah mengangkat 600 derajatnya. Di mana, satu dengan lainnya
berjarak sejauh antara lapisan-lapisan bumi dan batas (ketinggian) ‘arsy.
Sedangkan, bagi yang bersabar dari laku kemaksiatan, Allah mengangkat 900
derajatnya. Di mana, satu dengan lainnya berjarak sekitar dua kali lipat antara
lapisan-lapisan bumi dan batas (ketinggian) ‘arsy.”
1.
Sabar
menghadapi musibah.
Seperti yang telah diketahui, sebagai umat
muslim, takdir Allah ada dua macam, yaitu takdir yang menyenangkan dan yang
tidak menyenangkan (musibah). Bagi siapa pun yang mendapat takdir baik, maka
hendaklah bersyukur. Tapi bagi yang sedang menghadapi musibah, maka hendaklah
bersabar.
Allah Subhanahu Wata’ala telah
memberikan bahwa dia pasti akan menguji para hambanya dengan berbagai musibah,
maka kewajiban hamba adalah bersabar menghadapinya.
Allah Subhanahu Wata’ala juga
memberi memberitakan bahwa diantara sifat orang-orang yang bertakwa adalah :
وَٱلصَّٰبِرِينَ فِى ٱلْبَأْسَآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَحِينَ ٱلْبَأْسِ
ۗ أُولئِكَ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ ۖ وَأُولئِكَ هُمُ ٱلْمُتَّقُونَ
Artinya: Dan orang-orang yang bersabar
dalam kesempitan penderitaan dan dalam peperangan. mereka itulah orang-orang
yang benar imannya; dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS.al-
Baqarah:177)
Rasulullah
shallallahu alaihi wassallam bersabda:
لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنيا إلَّا بلاءٌ وفتنةٌ
“Tak ada yang tersisa dari dunia ini kecuali cobaan
dan ujian”. ( Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah No. 3276 )
Ibnu Rajab rahimahullah :
اِنْتِظَارُ الْفَرَجِ
بِالصَّبْرِ عِبَادَةً ؛ فَإِنَّ
الْبَلَاءَ لَا يَدُومُ
“Sabar menunggu jalan keluar adalah ibadah, karena
musibah itu tidak akan kekal.”
(Majmuu Rasaail Ibnu Rajab, 3/155)
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda;
وَأَفْضَلُ الْعِبَادَةِ انْتِظَارُ الْفَرَجِ
"Sebaik
baik Ibadah adalah menunggu jalan keluar (solusi) (riwayat At-Tirmidzi).
Dalam hadis lain disebutkan :
وَاعْلَمْ أنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ
الفَرَجَ مَعَ الكَربِ، وَأَنَّ مَعَ العُسرِ يُسراً
"Dan ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama
kesabaran. Jalan keluar itu bersama penderitaan. Dan kesulitan itu disertai
kemudahan”. (Riwayat At-Tirmidzi)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
telah memberi memberitakan tentang keadaan orang mukmin yang mengherankan,
yaitu karena semua urusannya baik baginya. Sebagaimana dalam sabdanya:
عجبا لأمر المؤمن إن أمره كله خير وليس ذاك لأحد إلا للمؤمن إن
أصابته سراء شكر فكان خيرا له وإن أصابته ضراء صبر فكان خيرا له
Artinya: “Sungguh menakjubkan keadaan
seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini meskipun didapati
pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia
bersyukur. Itu baik-baik saja. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia
bersabar. Itu pun baik-baik saja. (HR. Muslim, no. 2999)
Nasihat bersabar dari Rasul saat
menghadapi musibah dapat dipelajari dari hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin
Malik. Beliau berkata:
مَرَّ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِامْرَأَةٍ تَبْكِى
عِنْدَ قَبْرٍ فَقَالَ « اتَّقِى اللَّهَ وَاصْبِرِى » . قَالَتْ إِلَيْكَ عَنِّى
، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَبْ بِمُصِيبَتِى ، وَلَمْ تَعْرِفْهُ . فَقِيلَ لَهَا
إِنَّهُ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – . فَأَتَتْ بَابَ النَّبِىِّ – صلى
الله عليه وسلم – فَلَمْ تَجِدْ عِنْدَهُ بَوَّابِينَ فَقَالَتْ لَمْ أَعْرِفْكَ .
فَقَالَ « إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى »
“Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah melewati seorang wanita
yang sedang menangis di sisi kuburan. Lalu beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
bersabda, (Bertakwalah pada Allah dan bersabarlah). Kemudian wanita itu
berkata, (Menjauhlah dariku. Sesungguhnya engkau belum pernah merasakan
musibahku dan belum mengetahuinya). Kemudian ada yang mengatakan pada wanita
itu bahwa orang yang berkata tadi adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
Kemudian wanita tersebut mendatangi pintu (rumah) Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam. Kemudian dia tidak mendapati seorang yang menghalangi dia masuk pada
rumah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Kemudian wanita ini berkata, (Aku
belum mengenalmu). Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,
(Sesungguhnya namanya sabar adalah ketika di awal musibah).” (HR. Bukhari)
Abdul Malik bin Abjar rahimahullah berkata dalam kitab Shifat
Ash-Shafwah sebgai beikut :
مَا مِنَ النَّاسِ إِلَّا
مُبْتَلَى بِعَافِيَةٍ لِيُنْظَرَ كَيْفَ شُكْرُهُ أَوْ مُبْتَلَى بِبَلِيَّةٍ
لِيُنْظَرَ كَيْفَ صَبْرُهُ
“Manusia pasti diuji dengan kesehatan untuk dilihat bagaimana
wujud syukurnya, atau di uji dengan bencana untuk dilihat sejauh mana
kesabarannya.”
Dalam hadis yang lain Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
عِظَمُ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ، وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ
قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ
“Besarnya pahala sesuai dengan
besarnya cobaan, dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum maka Dia
akan menguji mereka. Oleh karena itu, barang siapa rida (menerima cobaan
tersebut) maka baginya keridaan, dan barang siapa murka maka baginya
kemurkaan.”
2.
Bersabar
tidak melakukan maksiat.
Setiap saat seorang muslim pasti selalu
mendapat godaan dari makhluk yang terlihat nyata atau pun makhluk yang gaib
untuk melakukan maksiat. Baik itu perbuatan dosa kecil maupun besar, seorang muslim
harusnya sabar untuk menahan diri. Dosa-dosa yang tidak sengaja dilakukan
seperti melihat yang tidak seharusnya dilihat dan menggunjing orang lain
termasuk perbuatan yang harusnya dihindari.
Para ulama mengatakan bahwa Nabi Yusuf ‘alaihissalam
lari karena takut tidak bisa lagi menahan dirinya. Sementara kata Allah ﷻ,
وَلَقَدْ
هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا
“Dan sungguh, perempuan itu telah berkehendak
kepadanya (Yusuf). Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya.” (QS. Yusuf : 24)
Nabi Yusuf ‘alaihissalam sebagai manusia
biasa juga ternyata telah tergerak syahwatnya melihat wanita yang begitu cantik
di hadapannya. Akan tetapi dia memilih untuk kabur dan lari meninggalkan wanita
tersebut. Sungguh ujian yang dialami oleh Nabi Yusuf ‘alaihissalam sangatlah
luar biasa, siapakah pemuda di zaman sekarang yang bisa seperti Nabi Yusuf ‘alaihissalam?
Jangankan digoda oleh wanita cantik, mungkin digoda oleh wanita biasa saja pun
dia sudah tidak bisa menahan dirinya.
Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan di
zaman sekarang yang penuh fitnah ini sungguh tidaklah mudah. Akan tetapi kita
membutuhkan perjuangan agar bisa menghindarkan diri dari kemaksiatan tersebut.
Ada beberapa hal yang disebutkan oleh para ulama bahwa bersabar dari
kemaksiatan bisa ditempuh dengan tiga cara,
a.
Karena
takut kepada Allah
Betapa banyak orang yang sedang melakukan
kemaksiatan kemudian Allah ﷻ mencabut nyawanya tatkala itu juga. Kita tidak
pernah tahu kapan Allah ﷻ mencabut nyawa kita. Ketika kita meninggal dalam
keadaan bermaksiat, maka kita meninggal dalam keadaan suulkhatimah (mati yang
buruk). Mungkin terbetik di dalam benak kita bahwa kita ingin bertaubat dari
kemaksiatan yang dilakukan. Akan tetapi adakah jaminan bahwa kita meninggal
dalam keadaan telah bertaubat? Atau meninggal tatkala sedang bermaksiat kepada
Allah ﷻ? Bukankah Allah ﷻ telah berfirman,
قُلْ
إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
“Katakanlah (Muhammad), “Aku
benar-benar takut akan azab hari yang besar (hari Kiamat), jika aku mendurhakai
Tuhanku.” (QS. Al-An’am : 15)
Maka dari itu hendaknya seseorang
merenungkan hal tersebut, agar dia bisa meninggalkan kemaksiatan. Karena bisa
saja Allah menurunkan azab atau mencabut nyawanya tatkala melakukan
kemaksiatan. Rasa takut kepada Allah ﷻ ini bisa membuat kita berhenti atau
bersabar untuk meninggalkan kemaksiatan.
b.
Karena
malu kepada Allah
Di antara yang bisa membuat seseorang
bersabar dalam meninggalkan kemaksiatan adalah rasa malu kepada Allah ﷻ. Malu
jika dengan banyaknya kenikmatan yang Allah berikan, sedangkan kita
menggunakannya untuk membangkang dari perintah Allah ﷻ. Oleh karenanya tatkala
Nabi Yusuf ‘alaihissalam digoda oleh Zulaikha, beliau mengatakan,
مَعَاذَ
اللَّهِ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ
“Aku berlindung kepada Allah, sungguh,
tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” (QS. Yusuf : 23)
Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa
makna perkataan Nabi Yusuf ‘alaihissalam
إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ ada dua, pertama bahwa tuannya telah berbuat baik kepadanya,
sehingga tidak mungkin dia mengkhianati tuannya. Kedua bahwa Allah ﷻ telah
memberinya banyak kenikmatan, sehingga tidak pantas bagi beliau untuk
membangkang dari perintahnya dan melakukan zina dengan Zulaikha.
Bukankah Allah ﷻ telah memberikan banyak kenikmatan
kepada kita? Allah ﷻ berfirman,
أَلَمْ
نَجْعَلْ لَهُ عَيْنَيْنِ. وَلِسَانًا وَشَفَتَيْنِ
“Bukankah Kami telah menjadikan
untuknya sepasang mata, dan lidah dan sepasang bibir?” (QS. Al-Balad : 8-9)
Allah ﷻ telah memberikan kepada kita
nikmat penglihatan, akan tetapi kita gunakan untuk melihat hal-hal yang
diharamkan oleh Allah ﷻ? Allah ﷻ juga telah memberikan kita nikmat lisan, akan
tetapi kita gunakan untuk gibah, namimah dan yang ….lainnya? Sungguh
banyak kenikmatan yang lain, akan tetapi seharusnya kita malu jika nikmat yang
Allah ﷻ berikan tersebut kita gunakan untuk bermaksiat kepada-Nya.
Oleh karenanya di antara cara agar
seseorang bisa bersabar dalam meninggalkan maksiat adalah rasa malu kepada
Allah ﷻ. Jika kita ingin kenikmatan itu terjaga pada diri kita, hendaknya kita
meninggalkan maksiat. Seorang penyair berkata,
إِذَا
كُنْتَ فِي نِعْمَةٍ فَارْعَهَا … فَإِنَّ الذُّنُوبَ تُزِيلُ النِّعَمْ
“Apabila engkau dalam kenikmatan maka
jagalah. Sesungguhnya dosa-dosa bisa menghilangkan kenikmatan.”
Oleh karenanya Nabi ﷺ juga
mengatakan,
اسْتَحْيُوا
مِنَ اللَّهِ حَقَّ الحَيَاءِ
“Malulah kepada Allah dengan
sebenar-benarnya rasa malu.”([5])
Latihlah diri kita untuk merasa malu
kepada Allah ﷻ. Jika kesehatan, pandangan, dan kenikmatan yang lain adalah
pemberian Allah ﷻ, lantas mengapa kemudian kita menggunakannya untuk
membangkang dan bermaksiat kepada Allah ﷻ.
c.
Karena
cinta kepada Allah
Di antara cara seseorang bisa bersabar
meninggalkan maksiat adalah karena rasa cinta kepada Allah ﷻ. Sebagaimana kita
ketahui bahwa ketika kita telah mencintai seseorang, maka pasti apa pun yang
diperintahkan oleh orang yang kita cintai akan kita kerjakan. Contohnya adalah
seorang suami yang mencintai istrinya, maka pasti apa pun yang diperintahkan
oleh sang istri akan dituruti oleh sang suami, selama dia bisa melakukannya.
Apa pun yang dilarang oleh istri terkadang akan dituruti oleh suami. Ini semua
karena dasar cinta sang suami kepada sang istri. Demikian juga seseorang yang
mencintai Allah ﷻ, apa pun yang Allah ﷻ larang, hendaknya tidak dilakukan.
Bukti seseorang mencintai Allah ﷻ adalah
dia melakukan apa saja yang diperintahkan oleh Allah ﷻ, dan meninggalkan apa
yang dilarang oleh Allah ﷻ. Dengan melakukan ini pula, seseorang bisa
mendapatkan cinta Allah ﷻ. Ketahuilah bahwa setiap kali seseorang bermaksiat,
maka dia telah menghilangkan kecintaannya kepada Allah dari dirinya. Semakin
dia bermaksiat, maka akan semakin jauh dia dari Allah ﷻ. Sedangkan kita tidak
ingin jauh dari Allah ﷻ, karena jauh dari-Nya adalah sebuah musibah.
Betapa banyak orang yang mengaku cinta
kepada Allah ﷻ, akan tetapi tidak ada bukti cintanya. Malah sebaliknya yang dia
lakukan adalah bermaksiat kepada Allah ﷻ, yang itu bukti bahwa dia tidak cinta
kepada Allah ﷻ. Sesungguhnya konsekuensi dari orang yang mencintai Allah ﷻ
adalah apa yang diperintahkan oleh Allah dia kerjakan, dan apa yang dilarang
oleh Allah dia tinggalkan.
Inilah model kedua dari kesabaran dan
tidak kalah pentingnya, yaitu bersabar meninggalkan maksiat karena Allah ﷻ.
3.
Sabar
menjalani ketaatan
Banyak ayat Al-qur’an yang
memerintahkan untuk bersabar dalam melaksanakan ketaatan kepadanya.
Sabar dalam menjalankan ketaatan
bukanlah perkara yang mudah. Salat berjamaah lima waktu di masjid tidaklah
mudah. Memerintahkan keluarga untuk salat juga tidak mudah. Semuanya bisa
dilakukan hanya dengan kesabaran. Oleh karenanya Allah ﷻ mengatakan,
وَأْمُرْ
أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ
نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
“Dan perintahkanlah keluargamu
melaksanakan salat dan sabarlah dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki
kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di
akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha : 132)
Allah ﷻ selanjutnya memerintahkan sabar
dalam taat silaturohim:,
وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ
رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ
“Dan orang-orang yang menyambung
(silaturahmi) terhadap apa yang diperintahkan Allah agar dia menyambungnya, dan
mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.” (QS.
Al-Ra’d : 21)
Menyambung silaturahmi bukanlah perkara
yang mudah. Silaturahmi itu butuh kesabaran. Di antara silaturahmi yang
teragung adalah berbakti kepada orang tua. Oleh karenanya tatkala ada orang
yang meminta izin untuk ikut berjihad bersama Rasulullah ﷺ , beliau ﷺ berkata,
أَحَيٌّ وَالِدَاكَ؟، قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ
“Apakah kedua orang tuamu masih
hidup?” Laki-laki itu menjawab: “Iya”. Maka Beliau berkata: “Kepada keduanyalah
kamu berjihad (berbakti).” ([3])
Sabar menjalankan ketaatan :
وَالَّذِينَ
صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا
رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ
أُولَئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ
“Dan orang yang sabar karena mengharap keridhaan
Tuhannya, melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami
berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak
(membalas) kejahatan dengan kebaikan, orang itulah yang mendapat tempat
kesudahan (yang baik).” (QS. Ar-Ra’d : 22)
Orang-orang yang bersabar karena mengharap wajah
Allah ﷻ, mendirikan salat, berinfak dan bersedekah, semuanya bisa dilakukan
dengan kesabaran. Terlebih lagi membalas keburukan dengan kebaikan juga
lebih-lebih membutuhkan kesabaran. Oleh karenanya dari semua ciri-ciri ini, di
akhir ayat Allah mengatakan bahwa malaikat akan memberi selamat kepada mereka
atas kesabaran mereka.
Nabi Shallallahu alaihi
wasallam bersabda:
حُفَّتِ
الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَات
Artinya: Surga dikelilingi
oleh perkara-perkara yang tidak disukai oleh hawa nafsu manusia sedangkan
neraka dikelilingi oleh perkara-perkara yang disukai. (HR. Muslim)
Imam Ibnu Qudamah
al-maqdisi rahimakumullah mengatakan, “seorang hamba membutuhkan
kesabaran dalam melakukan ketaatan ketaatan, karena tapi jiwa manusia berpaling
dari peribadahan. kemudian diantara ibadah-ibadah ada yang tidak disukai
dengan sebab malas seperti shalat. dan diantara ibadah-ibadah ada yang
tidak disukai dengan sebab bakhil, seperti zakat. dan diantara
ibadah-ibadah ada yang tidak disukai dengan sebab keduanya jiwa dan harta
seperti Haji dan Jihad titik seorang yang mencari Ridha Allah Subhanahu
Wata’ala membutuhkan kesabaran melakukan ketaatan ketaatan di dalam tiga
keadaan:
Sabar adalah penolong umat muslim.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 153, yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ
وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman,
jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah:153)
D. Fadhilah Orang yang Sabar
Berikut ini hadits dan
keutamaannya jika kita bersikap sabar di situasi apa pun.
1.
Sabar membuat kita dapat bertemu dengan Nabi Muhammad SAW
عَنْ
أُسَيْدِ بْنِ حُضَيْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ أَنَّ رَجُلًا مِنْ الْأَنْصَارِ
قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَا تَسْتَعْمِلُنِي كَمَا اسْتَعْمَلْتَ فُلَانًا
قَالَ سَتَلْقَوْنَ بَعْدِي أُثْرَةً فَاصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوْنِي عَلَى
الْحَوْضِ
"Dari Usaid bin Hudlair
radliallahu anhum; ada seseorang dari kalangan Anshar yang berkata; 'Wahai Rasulullah,
tidakkah sepatutnya baginda mempekerjakanku sebagaimana baginda telah
mempekerjakan si fulan?'. Beliau menjawab: 'Sepeninggalku nanti, akan kalian
jumpai sikap-sikap utsrah (individualis, egoism, orang yang mementingkan
dirinya sendiri). Maka itu bersabarlah kalian hingga kalian berjumpa denganku
di telaga al-Haudl (di surga).'" ( HR. Bukhari ) [ No. 3792 Fathul Bari]
Shahih.
2.
Bersikap sabar dapat mendapat ganjaran surga
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى مَا لِعَبْدِي الْمُؤْمِنِ عِنْدِي جَزَاءٌ إِذَا
قَبَضْتُ صَفِيَّهُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا ثُمَّ احْتَسَبَهُ إِلَّا الْجَنَّةُ
"Dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: 'Allah Ta'ala berfirman: Tidak
ada balasan yang sesuai di sisi-Ku bagi hamba-Ku yang beriman, jika aku
mencabut nyawa orang yang dicintainya di dunia, kemudian ia rela dan bersabar
kecuali surga.'" (HR. Bukhari) [ No. 6424 Fathul Bari] Shahih.
3.
Sifat sabar mencegah kita dari kemungkaran
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا لَمَّا نَزَلَتْ إِنْ يَكُنْ
مِنْكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ
مِائَةٌ فَكُتِبَ عَلَيْهِمْ أَنْ لَا يَفِرَّ وَاحِدٌ مِنْ عَشَرَةٍ فَقَالَ
سُفْيَانُ غَيْرَ مَرَّةٍ أَنْ لَا يَفِرَّ عِشْرُونَ مِنْ مِائَتَيْنِ ثُمَّ
نَزَلَتْ الْآنَ خَفَّفَ اللَّهُ عَنْكُمْ الْآيَةَ فَكَتَبَ أَنْ لَا يَفِرَّ
مِائَةٌ مِنْ مِائَتَيْنِ وَزَادَ سُفْيَانُ مَرَّةً نَزَلَتْ حَرِّضْ
الْمُؤْمِنِينَ عَلَى الْقِتَالِ إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ قَالَ
سُفْيَانُ وَقَالَ ابْنُ شُبْرُمَةَ وَأُرَى الْأَمْرَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيَ
عَنْ الْمُنْكَرِ مِثْلَ هَذَا
"Dari Ibnu Abbas radliallahu
anhuma tatkala turun ayat: 'Jika ada dua puluh orang yang sabar di antaramu,
niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada
seratus orang yang sabar di antaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan
seribu dari pada orang kafir…' (Surat Al Anfal: 65). Maka diwajibkan kepada
mereka tidak ada seorang pun yang lari dari sepuluh orang.
Abu Sufyan berkali-kali mengatakan:
'Jangan sampai ada yang lari dua puluh orang dari dua ratus orang.' Kemudian
turunlah ayat: 'Sekarang Allah telah meringankan kepadamu.' (Al Anfal: 66).
Maka diwajibkan jangan sampai ada yang lari sebanyak seratus orang dari dua
ratus orang. Sufyan menambahkan juga; telah turun ayat; 'Hai Nabi, kobarkanlah
semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di
antaramu...' (Al Anfal: 65). Sufyan berkata; dan Ibnu Syubrumah berkata; 'Aku
melihat seperti inilah menyuruh kebaikan dan mencegah kemungkaran.'" (HR.
Bukhari) [No. 4652 Fathul Bari] Shahih.
4.
Allah SWT menjanjikan ganjaran kebaikan bagi hamba-Nya yang sabar
وقال
عليه الصلاة والسلام: {إذَا حَدثَ عَلى عَبْدٍ مُصِيبَةٌ في بَدَنِهِ أوْ مَالِهِ
أو وَلَدِهِ فاسْتَقْبَلَ ذٰلِكَ بِصَبْرٍ جَمِيلٍ اسْتَحْيَا الله يَوْمَ
القِيَامَةِ أَنْ يَنْصِبَ لَهُ مِيزانا أوْ يَنْشُرَ لَهُ دِيوانا
Nabi Shollallohu alaihi wasallam
bersabda: 'Ketika terjadi musibah pada seorang hamba, baik pada badannya,
hartanya atau anaknya kemudian dia menghadapinya dengan kesabaran yang baik,
maka pada hari kiamat Allah malu untuk memasang timbangan baginya dan malu
untuk membentangkan buku catatan amalannya.'"
5. Mendapat taufiq dari Allah SWT
وقال
عليه الصلاة والسلام: {الصَّبْرُ عَلَى أَرْبَعَةِ أَوْجُهٍ: صَبْرٌ عَلَى
الفَرَائِضِ، وصَبْرٌ عَلَى المُصِيبَةِ، وَصَبْرٌ عَلَى أذَى النَّاسِ، وصَبْرٌ
عَلَى الفَقْرِ. فَالصَّبْرُ عَلَى الفَرائِضِ تَوْفِيقٌ، وَالصَّبْرُ عَلَى
المُصِيبَةِ مَثُوبَةٌ، وَالصَّبْرُ عَلَى أذَى النَّاسِ مَحَبَّةٌ، والصَّبْرُ
عَلَى الفَقْرِ رِضَا الله تَعَالى
"Nabi Shollallohu alaihi wasallam
bersabda: 'Sabar itu ada empat: sabar dalam menjalankan fardhu, sabar dalam
menghadapi musibah, sabar menghadapi gangguan manusia dan sabar dalam
kefakiran. Sabar dalam menjalankan kewajiban adalah taufiq, sabar dalam
menghadapi musibah berpahala, sabar dalam menghadapi gangguan manusia adalah
cinta dan sabar dalam kefakiran adalah ridho Allah ta'ala.''
6.
Dengan sabar, kita akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari seisi dunia
وقال
عليه الصلاة والسلام: {صَبْرُ سَاعَةٍ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيها}.
"Nabi saw bersabda: 'Sabar sesaat
itu lebih baik dari dunia seisinya.'"
7.
Mendapat pahala sebesar 70 derajat
وقال
عليه الصلاة والسلام: {الصَّبْرُ عِنْدَ المُصِيبَةِ بِتِسْعمَائة دَرَجَةٍ}.
"Nabi Shollallohu alaihi wasallam
bersabda: 'Sabar ketika mendapat musibah itu memperoleh tujuh ratus
derajat.'"
8.
Sabar adalah bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT
وقال صلى الله عليه وسلم: {أَوْحَى الله تَعَالى إلى مُوسَى
بنِ عمْرَانِ عَلَيْهِمَا السَّلامُ يَا مُوسَى مَنْ لَمْ يَرْضَ بِقَضَائِي
وَلَمْ يَصْبِرْ عَلَى بلائي وَلَمْ يَشْكُرْ نَعمائي فَلْيَخْرُجْ مِنْ بَيْنِ
أَرضي وَسَمَائِي وَلْيَطْلُبْ لَهُ رَبّا سِوائِي
"Nabi Shollallohu alaihi wasallam bersabda:
'Allah ta'ala mewahyukan kepada Musa bin Imran -alaihimas salaam-: 'Hai Musa,
barang siapa tidak ridho dengan takdir-Ku, tidak bersabar atas cobaan-Ku, tidak
bersyukur atas nikmat-Ku, maka keluarlah dari antara bumi dan langit-Ku, dan
carilah Tuhan selain-Ku.'"
9.
Mendapatkan pahala terbaik dibandingkan dengan apa yang telah kita kerjakan
sebelumnya
مَا
عِندَكُمْ يَنفَدُ ۖ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ بَاقٍ ۗ وَلَنَجْزِيَنَّ ٱلَّذِينَ
صَبَرُوٓا۟ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
"Apa yang di sisimu akan lenyap,
dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi
balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan." (An-Nahl ayat 96).
10.
Mendapatkan pahala yang tiada batasnya
قُلْ
يَٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟
فِى هَٰذِهِ ٱلدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ ٱللَّهِ وَٰسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا
يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
"Katakanlah: 'Hai hamba-hamba-Ku
yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu'. Orang-orang yang berbuat baik di
dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa
batas." (Az-Zumar ayat 10).